Aikido (Bahasa Jepang: 合気道, aikidō) adalah salah satu seni beladiri asal Jepang yang diciptakan oleh Morihei Ueshiba ( 植芝 盛平 Ueshiba Morihei), yang banyak bagiannya berasal dari ilmu beladiri Daito Ryu Aiki-Jujutsu.[1] Daito Ryu Aiki-Jujutsu diciptakan pada era modernisasi Jepang yang berlangsung sekitar tahun 1800-an.
Pengajaran Aikido saat ini telah
dapat ditemukan di seluruh belahan dunia dan dalam beberapa aliran,
dengan penafsiran dan penekanan yang berbeda-beda atas ajaran Ueshiba.
Namun, kesemuanya tetap mewarisi berbagi teknik yang sama, dan sebagian
besar tetap mempertahankan keperdulian terhadap aspek keselamatan bagi
pihak yang menyerang.
Sejarah
Aikido diciptakan oleh Morihei Ueshiba ( 植芝 盛平 Ueshiba Morihei, 14 Desember 1883-26 April 1969, disebut juga sebagai ousensei 大先生、翁先生
" guru besar"), yang diformulasikannya sejak akhir 1920-an sampai
dengan 1930-an. Ueshiba menyusun dan mengembangkan Aikido dari berbagai koryu (seni beladiri/seni pedang lama) menjadi suatu seni beladiri yang unik. Dojo pertama Aikido didirikan di Tokyo dan saat ini masih ada dan bernama Aikikai Hombu Dojo.
Ueshiba menginginkan Aikido
tidak hanya sebagai perpaduan seni beladiri, tetapi juga ekspresi
falsafah pribadinya yang bersifat damai dan universal.
Seumur hidupnya, Ueshiba dan murid-muridnya telah menyebarkan Aikido
dengan cara mendidik dan menciptakan praktisi beladiri ini di seluruh
dunia. Ueshiba meninggal pada tanggal 26 April 1969 karena penyakit kanker, namun Aikido tetap berkembang pesat setelah kematiannya.
Etimologi dan filsafat
Aikido menekankan harmonisasi dan keselarasan antara energi ki (気, prana) individu dengan ki alam semesta. Kata "aikido" berasal dari tiga huruf kanji:
- 合 - ai - bergabung, menyatukan, menyelaraskan
- 気 - ki - roh, energi kehidupan
- 道 - dō - jalan, cara
Seni beladiri ini juga menekankan pada prinsip kelembutan dan bagaimana untuk mengasihi serta membimbing lawan.
Prinsip ini diterapkan pada gerakan-gerakannya yang tidak menangkis
serangan lawan atau melawan kekuatan dengan kekuatan tetapi
"mengarahkan" serangan lawan untuk kemudian menaklukkan lawan tanpa ada
niat untuk mencederai lawan.
Teknik
Berbeda dengan beladiri
pada umumnya yang lebih mengutamakan pada latihan kekuatan fisik dan
stamina, Aikido lebih mendasarkan latihannya pada penguasaan diri dan
kesempurnaan teknik. Teknik-teknik yang digunakan dalam Aikido
kebanyakan berupa teknik elakan, kuncian, lemparan, bantingan.
Sementara teknik-teknik pukulan maupun tendangan dalam praktiknya
jarang digunakan. Falsafah yang mendasari Aikido, yaitu kasih dan konsep
mengenai ki, membuat Aikido menjadi suatu seni beladiri yang
unik. Secara umum Aikido dapat golongkan sebagai beladiri kuncian dan
pergumulan (Inggris: grappling).
Dalam Aikido ini juga tidak mengenal sistem kompetisi atau pertandingan, seperti beladiri-beladiri lainnya. Namun sistem kompetisinya lebih bersifat embukai (peragaan teknik).
Aikido juga mendapatkan pengaruh dari seni beladiri tradisional Jepang Kenjutsu dan Jujutsu.
Pengaruh Kenjutsu tampak dalam pengaturan gerakan gerakan atau langkah
langkah kaki. Sedangkan pengaruh Jujutsu tampak dalam penggunaan teknik
kuncian dan lemparan.
Hingga saat ini Aikido juga banyak memiliki banyak cabang-cabang "teknik" (Inggris: style) yang juga memperkaya teknik-teknik yang tidak meninggalkan teknik dasarnya. Aliran Nisyo misalnya lebih menekankan style teknik-tekniknya kepada pedang (bokken) dan tongkat (jo). Sedangkan aliran Iwamalebih menekankan teknik-tekniknya kepada kecepatan dalam mengatasi serangan lawan (nage).
Sistem tingkatan
tingkat | sabuk | warna | tipe |
---|---|---|---|
kyū | putih | mudansha | |
shodan | hitam | yūdansha |
Sistem tingkatan yang harus
dilalui oleh seorang praktisi Aikido hampir sama dengan yang digunakan
oleh seni beladiri asal Jepang lainnya, yaitu sistem Kyu (mudansha, tidak memiliki dan) untuk tingkat dasar dan Shodan (yūdansha, memiliki dan = ahli) untuk tingkat mahir.
Praktisi
yang berada di tingkat kyu 6 sampai kyu 4 menggunakan tanda berupa
sabuk yang berwarna putih, sementara praktisi yang mencapai tingkatan
kyu 3 sampai 1 menggunakan sabuk berwarna cokelat. Adapula dojo yang
menerapkan sabuk kyu 6 sampai 1 tetap berwarna putih. Shodan adalah
tingkatan yang selanjutnya; praktisi yang mencapai tingkatan ini
ditandai dengan sabuk yang berwarna hitam serta aksesoris tambahan
berupa celana panjang bernama hakama. Celana seperti ini biasa dipakai oleh para samurai pada zaman dahulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar